Jumat, 07 Oktober 2016

Sejenak dari Letto



Mengawali tulisan pada blog ini, penulis mencoba untuk menerjemahkan suatu karya lagu yang patut untuk kita renungkan bersama sebagai suatu yang seharusnya menjadi dasar kita melaksanakan kehidupan ini. Bahwa waktu dan masalah akan senantiasa berjalan beriringan dengan diri kita, oleh sebab itu keduanya harus kita anggap sebagai teman, bukan malah sebaliknya...
Karya lagu yang ingin penulis hadirkan berjudul “sejenak” yang dalam hal ini milik dari Letto.
Berikut adalah lirik dari lagu tersebut

Sejenak -  Letto
Sebelum waktumu terasa terburu
Sebelum lelahmu menutup mata
Adakah langkahmu terisi ambisi
Apakah kalbumu terasa sunyi

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta

Sebelum hidupmu terhalang nafasmu
Sesudah nafsumu tak terbelenggu
Indahnya membisu tandai yang berlalu
Bahasa tubuhmu mengartikan rindu

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta

Yang tlah semu ... yang tak semu ...
Dan tak semudah itu


Dari lirik itu penulis mencoba menerjemakannya per-bait walaupun penulis menyadari bahwa apa yang penulis tuliskan masih jauh dari arti yang sebenarnya dituliskan Letto.
Sebelum waktumu terasa terburu
Sebelum lelahmu menutup mata
Adakah langkahmu terisi ambisi
Apakah kalbumu terasa sunyi
Sebelum kita disibukkan oleh pekerjaan dan masalah yang membuat kita terbelenggu dalam waktu, sebelum kita sakit dan meninggalkan dunia Letto bertanya kepada kita : apakah didalam langkah kita penuh dengan bermacam ambisi dunia yang menyebabkan hati kita sepi dan selalu sepi walaupun kita penuh dengan materi dunia yang mengelilingi kita walaupun itu semua adalah  merupakan ambisi kita untuk mendapatkannya

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta
Dan untuk menjawab kesunyian itu, Letto mengajak kita meluangkan waktu dalam kesibukan kita hanya sejenak, oleh karena itu Letto menulis kata detik yang merupakan sepersekian dari kesibukan kita. Memberikan rindu pada denting waktu, rindu adalah pemikiran mendalam tentang hal yang mencakup segala sesuatu tentang hal tersebut. Penulis berkeyakinan bahwa yang dimaksud adalah mengingat /  “eling” yang dalam istilah agama disebut dengan ibadah, pada denting waktu adalah pada saat waktunya atau adzan berkumandang. Setelah kita meluangkan waktu untuk melaksanakan ibadah tersebut maka jawaban atas kesunyian yang menyelimuti hati/kalbu kita akan terjawab dengan kata  “dan lihatlah kemesraan dan cinta” kita bisa menerjemahkannya dengan istilah ketenangan, kebahagiaan, serta rasa cinta yang akan terus menyelimuti kalbu ini.

Sebelum hidupmu terhalang nafasmu
Sesudah nafsumu tak terbelenggu
Indahnya membisu tandai yang berlalu
Bahasa tubuhmu mengartikan rindu
Letto menekankan sekali lagi kepada kita untuk secara konsisten melaksanakan ibadah pada Tuhan sebelum hidup kita berakhir. Agar supaya saat kita mengakhiri hidup ini dengan indah atau husnul khotimah dan kepergian kita semata-mata karena kita rindu akan berjumpa pada Tuhan.

Yang tlah semu ... yang tak semu ...
Dan tak semudah itu
Dan kekonsistenan kita dalam melaksanakan ibadah tidaklah mudah, karena kita mengahap sang Maha Tak Terkira walaupun efeknya dapat kita kenali. Oleh karena itu, kita kembalikan kepada bait kedua untuk selalu meluangkan waktu walupun itu hanya sejenak untuk selalu dan selalu mengingatnya dan melaksanakan perintahnya dan efeknya akan kembali kepada kita berupa ketentraman serta berbagai hal yang menyenangkan seolah-olah kita sedang bermesraan dalam cinta.

Sekian. _/=